Lakukan Ini Jika Motor Matik Selip Usai Lewat Genangan


Ketika mengendarai motor matik melewati jalan yang terendam air apalagi saat grip gas dipelintir, skutik dual purpose tersebut enggak jalan. Seperti ada yang selip. 

Dalam kondisi seperti itu, disarankan untuk memanfaatkan cairan belt dressing. Dan benar saja, sekali semprot dengan cairan tersebut skutik bisa langsung ngacir lagi. 

Sepertinya dalam kondisi musim hujan dan banyaknya genangan air, cairan yang satu ini bisa jadi salah satu senjata yang wajib dibawa pengguna skutik. Tentunya agar enggak mengganggu perjalanan Anda. 

Tidak banyak yang menggunakan cairan tersebut. Entah karena memang enggak tahu manfaatnya atau belum pernah mengalami CVT selip. 

Untuk produk seperti Yamaha Mio keluaran lawas, penyemprotan cairan tersebut ke belt lebih mudah. Pasalnya ada lubang di bawah cover CVT yang bisa dibuka dan lalu dari situ cairan disemprotkan. 

Tapi buat produk skutik anyar, sepertinya agak lebih ribet untuk menyemprotkan cairan tersebut. Pasalnya mewajibkan untuk buka cover CVT dan baru bisa disemprot. 

Bukan hanya urusan selip saja yang bisa diatasi dengan belt dressing. Umur pakai belt juga bisa lebih panjang dengan penggunaan belt dressing. Itu karena retakan-retakan tipis pada belt, bisa diobati dengan menyemprotkan cairan tersebut.

Premium atau Pertamax, Mana Lebih Baik buat Motor Matik?

Fenomena motor banyak mengkonsumsi bahan bakar nonsubsidi terjadi belakangan ini. Pasalnya saat ini selisih harga bahan bakar bersubsidi (Premium) dan nonsubsidi (Pertamax) semakin tipis. Mari kita lihat kebutuhan dari kendaraan yang dipakai sehari-hari, mau pakai Premium atau Pertamax.

Premium merupakan bahan bakar dengan angka oktan atau Research Octane Number (RON) terendah, yakni sekitar 88. Dengan penambahan zat aditif pada saat pengolahan di kilang minyak, dihasilkan Pertamax dengan angka RON 92.
 
Angka RON itu menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan, sebelum bahan bakar terbakar secara spontan di dalam mesin. Proses terjadinya pembakaran secara spontan, yakni saat campuran udara dan bahan bakar (dalam bentuk gas) ditekan oleh piston.

Tekanan tersebut sampai dengan volume yang sangat kecil. Selanjutnya terbakar akibat adanya percikan api yang dihasilkan oleh busi.
 
Kompresi yang tinggi dalam ruang bakar juga bisa bikin campuran udara dan bahan bakar meledak, sebelum busi mempercikkan api. Hal ini bisa menimbulkan knocking (ngelitik) pada ruang bakar.

Bahan bakar dengan RON 92 seperti Pertamax, bisa cocok dengan mesin motor dengan rasio kompresi sebesar 9:1 sampai 10:1. Sedangkan Premium yang RON-nya 88, untuk yang ratio kompresi 7,1:1-9,1:1.

Pabrikan motor seperti PT Astra Honda Motor (AHM), mematok perbandingan kompresi pada produk skutik 110 cc yang sudah injeksi di angka 9,3:1. Hal yang sama juga diterapkan oleh YIMM pada produk seperti Yamaha Mio J.

Angka perbandingan 9,4:1 diterapkan PT Suzuki Indomobil Sales pada produk anyar Suzuki Address. Dengan perbandingan kompresi yang sudah ditetapkan beberapa pabrikan motor pada produk skutik mereka itu, memang seharusnya bahan bakar yang dipakai jenis Pertamax.
 
Produk skutik Honda, diseting untuk tetap bisa menggunakan bahan bakar jenis Premium. Namun memang enggak bisa dihindari, bahwa performa mesin yang bagus dihasilkan oleh proses pembakaran yang sempurna.

Selain performa mesin yang bagus, pembakaran yang sempurna di mesin motor juga bisa mengurangi terjadinya penumpukan kerak dan membuat komponen motor lebih awet. Gas buang yang dihasilkan juga bisa lebih ramah lingkungan.

Bila memang skutik injeksi pakai Premium dan enggak ada gejala ngelitik akibat pre-ignition, maka enggak perlu memaksakan diri pakai Pertamax. Tapi memang pakai Pertamax atau sejenisnya, motor jadi terasa lebih agresif dan mesin lebih awet.

Motor Matik Ini Diklaim Konsumsi BBM-nya 79 Km/Liter


Yamaha Indonesia mengklaim kalau motor matik terbarunya, GT125 Eagle Eye konsumsi bahan bakarnya bisa tembus 1 liter untuk 78,98 km. Hasil itu merupakan hasil pengujian internal Yamaha Indonesia dengan LAPIITB. 

Pengujian internal ini dilakukan di Sirkuit Internasional Sentul dengan rentan kecepatan operasional harian dari 30 km/jam hingga 40 km/jam. 

Tapi itu dilakukan harus konstan, tidak ada stop and go. Selama pengujian melakukannya dengan konstan di 40 km/jam dan hasilnya seperti itu. Pengujian ini dilakukan dalam kondisi motor benar-benar normal atau tidak ada sedikitpun modifikasi. 

Selain itu, pengujian internal ini juga sekaligus membandingkan dengan kompetitor di kelasnya dan hasilnya membuktikan kalau GT125 Eagle Eye mendapatkan hasil konsumsi BBM yang jauh lebih baik dibanding kompetitor. 

Spesifikasi New GT125 Eagle Eye : 

DIMENSI 
-P x L x T : 1.855 mm x 700 mm x 1.070 mm 
- Jarak Sumbu Roda 1.265 mm 
- Jarak Terendah ke Tanah 135 mm 
- Tinggi Tempat Duduk 760 mm 
- Berat Isi : 101 kg 
- Kapasitas Tangki Bensin 3,8 liter 

MESIN 
- Tipe Mesin 4 Langkah, 2 Valve SOHC, Berpendingin Cairan 
- Jumlah / Posisi Silinder Silinder Tunggal / Mendatar 
- Diameter x Langkah 52,4 x 57,9 mm 
- Perbandingan Kompresi 10,9 : 1 
- Daya Maksimum 11,4 PS (8,4 kW) / 9.000 rpm 
- Torsi Maksimum 10,4 N.m (1,06 kgf) / 6.500 rpm 
- Sistem Starter: Electric Starter dan Kick Starter 
-Sistem Pelumasan Basah 
- Kapasitas Oli Mesin 0,9 Liter / Perawatan Berkala : 0,8 Liter 
- Sistem Bahan Bakar (Fuel Injection System) YMJET-FI 
- Tipe Kopling Kering, Kopling Sentrifugal 
- Tipe Transmisi V-belt Otomatis 
- Pola Pengoperasian Transmisi Otomatis

Inilah Ciri V-belt Skutik yang Layak di Ganti


V-belt di skutik yang menghubungkan dua pulley pada umunya usianya tak lebih dari 20.000 km. Jika odometer sudah menunjukkan angka tersebut, sebaiknya pikirkan untuk menggantinya karena, V-belt bisa putus mendadak pada kondisi tertentu, tanpa ada isyarat bunyi-bunyian.

Ada beberapa ciri untuk mengenali V-belt yang sudah harus diganti. Biasanya orang malas membuka sendiri untuk mengecek. Makanya banyak kejadian belt putus di jalan atau bisa juga selip, digas tapi enggak jalan.

Berikut ciri dan gejala V-belt mau putus:

1. Lihat cekungan dari huruf V pada bagian bergerigi. Tekan (dari atas atau bawah), jika ada retakan, itu tandanya harus diganti.

2. Dilihat dari samping, sudut bagian yang bergerigi lebih tajam (seperti rantai aus). Ini akibat gesekan dangan pulley. Kalau gejalanya seperti ini, biasanya ada sedikit suara berisik timbul dari rumah CVT.

Untuk menjaga agar V-belt tak cepat aus, disarankan agar tidak menggunakan ban di luar ukuran standar. Misalnya, ban bertapak lebar dan berat. Menggerakkan roda itu butuh tenaga lebih besar untuk menarik pulley. Ini yang sering membuatnya cepat aus.

Semua bergantung rute. Kalau setiap harinya jarak yang ditempuh panjang, biasanya V-belt cepat aus karena jeda antara dipakai dan istirahatnya lebih banyak dipakainya. Cek minimal setiap dua bulan agar tidak sampai putus di jalan.

Tips Kuras Tangki Motor Injeksi

Sebagian pemilik motor kadang menyemprotkan air ke bagian tangki pada saat 'memandikan' motor. Akibatnya, tanpa disadari air itu masuk ke dalam sela-sela tangki dan tercampur dengan bahan bakar. Atau air timbul akibat reaksi uap bensin dengan udara. 

Sebaiknya ketika mencuci motor, pada bagian tangki itu harusnya dibersihkan pakai lap basah saja. Sebab jika sudah kemasukan air, solusinya harus mengkuras tangki. Tapi, ketika menguras tangki motor yang mengadopsi injeksi, tentu perlakuannya berbeda dengan motor sistem karburator. 

Karena sistem injeksi itu masih bisa dibilang barang baru, sehingga masih banyak yang bingung atau bahkan salah kaprah ketika menguras tangki. Sebagai contoh pada Honda Spacy PGM-FI, tetapi pada prisnsipnya, di motor matik dan bebek yang memakai sistem injeksi sama saja cara melakukannya. Intinya jangan sampai mengutak-atik sistem injektor. 

Pertama, hidupkan mesin buat memastikan bahwa mesinnya hidup sebelum dikuras. Setelah itu, matikan lagi engine. Nah, kini cabut soket kabel yang ada di bagian atas fuel pump. 

Setelah itu, putar kunci kontak ke posisi ON dan tekan elektrik starter. Sedangkan tujuan dari menghidupkan mesin itu agar bahan bakar yang berada di slang bensin bisa tersedot ke ruang bakar melalui injektor. Jadi, ketika slang dibuka pun, bensin tak keluar dari selang dan bikin becek! 

Setelah dirasa bahan bakar yang terdapat pada slang bahan bakar sudah habis, cabut soket slang yang ada di fuel pump. Untuk Honda Spacy PGM-FI, terdapat tutup karet yang berfungsi sebagai sil agar bahan bakar tidak bocor. Hal itu, tidak terdapat pada Honda Vario Techno PGM-FI dan Honda Supra X125 Helm In PGM-FI. Sehingga ketika melakukan pengurasan di Spacy PGM-FI, maka karet atau sil kudu diganti ketika dipasang kembali. 

Ketika kabel injektor sudah bisa tercabut, buka fuel pump-nya. Lalu, periksa dinamonya apakah terdapat molekul air. Jika ada, semprot dinamo fuel pump itu pakai angin bertekanan alias kompresor. 

Cek juga pelampung dan saringannya. Jika terdapat molekul air, semprot juga dengan menggunakan kompresor. Pastikan pelampung dan saringannya kering. Bila perlu, dijemur agar yakin pelampung dan saringannya benar-benar kering. 

Baru setelah itu, keluarkan bahan bakar yang berada di tangki. Kini, bersihkan tangki menggunakan lap yang dimasukan ke dalam tangki. Semprot juga lap itu pakai kompresor sampai yakin tangki itu benar-benar kering. 

Kelar membersihkan tangki dan dirasa tangkinya sudah kering, pasang kembali fuel pump. Ketika memasang fuel pump. Perhatikan karet O ring, ketika memasang, oleskan oli mesin pada O ring itu agar karet licin dan tidak melar. 

Kemudian pasang kembali soket slang bensin dan fitting. Setelah semuanya sudah terpasang, pancing bahan bakarnya agar turun ke injektor dengan cara menyalakan dan mematikan kunci kontak hingga tiga kali.

Belt CVT Asli vs Aftermarket

Serupa belum tentu sama, seperti V-belt CVT yang banyak dijajakan di pasaran. Tipe sabuk memang untuk motor, tapi belum tentu pas. 

Ada perbedaan proses produksi antara belt untuk aftermarket dan OEM. Selisih 0,0 sekian mm meski untuk skubek yang dimaksudnya, tapi belum tentu cocok. Selisih 0,5 mm pengaruh pada kerja CVT. 

Artinya, sabuk CVT aftermarket yang jelas di kemasannya tercantum, misalnya untuk BeAT atau Vario, belum tentu pas. Bisa jadi kepanjangan atau lebih pendek 0,5 mm dari kebutuhan sabuk yang pas untuk BeAT atau Vario. 

OEM dirancang dengan ukuran khusus, panjang dan lebarnya. Kalau sabuk aftermarket, diproduksi dengan mengambil ukuran rata-rata aja. 

Ambil contoh problem yang dialami salah pemilik skubek, tiga kali servis CVT karena ada problem yang dianggap janggal. Berisik dan tenaga seperti ditahan. Enggak tahunya pilihan sabuk yang dianggap jadi masalah. 

Padahal, awal penggantian dipilih yang memang untuk skubek yang dipakai. Meski kependekan atau kepanjangan 0,5 mm pasti ada dampaknya. Paling riskan kalau kependekan.

Disarankan saat membeli belt sebaiknya diukur dulu panjang dan lebar belt asli bawaan motor. Seandainya dapat belt yang lebih pendek, ada beberapa komponen yang dipastikan akan bisa atau cepat aus, atau kemungkin rusak. 

Belt yang sedikit lebih pendek paling terasa waktu putaran gas awal. Motor sudah dibuka, tapi tenaga seperti ada yang nahan. 

Kalau putaran mesin tertahan, ada komponen yang sebenarnya bergerak bebas waktu gas dibuka tapi malah gak bekerja semestinya. Salah satunya bearing puli belakang yang berhubungan langsung dengan girboks.

Dibiarkan lama, bearing bisa rusak. Karena putarannya enggak mulus akibat belt yang kelewat pendek. Agak sedikit rada mending sabuk CVT yang ditebus sedikit molor karena efeknya hanya selip. 

Ciri utamanya, pas dipasang dan gas dibuka, sedikit ada gejala belt paling atas bergerak naik turun. Gerakannya seperti mau menampar cover CVT.

Tips Memilih Radiator Coolant

Radiator coolant tak asing bagi pemilik motor yang dilengkapi radiator. RC ini diyakini lebih membantu proses pendinginan mesin dibanding dengan air biasa. Bahkan beberapa APM (Agen Pemegang Merek) pun merekomendasikan penggunakaan RC dibanding air. 

Sistem pendingin radiator, wajib dibantu oleh air. Fungsi air ini bersirkulasi di dalam mesin sehingga menjaga mesin dalam temperatur ideal. Apabila mesin terlalu panas, jadinya overheat. Sebetulnya, menggunakan air biasa pun tidak masalah. Hanya saja harus dipilih yang benar-benar tidak mangandung mineral (alkali) dan asam. 

Air mengandung mineral akan menyebabkan radiator berkerak. Bila terlalu banyak mengandung asam, akan menyebabkan korosi. Nah, karena kualitas air tidak bisa dipastikan inilah makanya orang beralih ke RC. Kandungan di RC itu sendiri adalah air murni, glycol dan anti-karat. Glycol menjadi unsur terpenting di dalan RC. 

Karena fungsinya, menaikan titik didih air, dan menurunkan titik beku air. Di daerah tropis seperti Indonesia, fungsinya lebih ke menaikkan titik didih. Sampai berapakah kenaikan titik didih air di radiator, itu tergantung berapa persen kandungan glycol di coolant itu sendiri. 

Misal, kandungan glycol-nya 10 persen, maka titik didih air naik hingga 110 derajat celcius. Jadi, fungsi coolant bukan untuk mendinginkan temperatur, tetapi memperpanjang titik didih air di dalam sistem pendinginan. Jadi, kalau ada yang bilang radiator coolant bisa mendinginkan temperatur mesin, itu kurang tepat. 

Selain itu, glycol juga mengandung bahan pelumas. Karena air di dalam radiator kan juga melewati water pump. Nah, part ini perlu pelumasan agar awet. Di pasaran, RC dijual dalam 2 kemasan. Kemasan langsung tuang dan kemasan konsentrat. Untuk kemasan konsentrat, maka kita harus mencampurkan coolant tersebut dengan air. Karena di dalamnya hanya murni glycol. 

Kandungan lain yang ada dalam RC adalah anti-karat. Anti-karat ini bertugas melindungi besi di dalam radiator biar tidak korosif. Sehingga, radiator tidak gampang bocor. Jadi, kalau memilih RC lihatlah spesifkasi. Perhatikan kandungan glycol di dalamnya dan juga ada anti karatnya atau tidak. Jangan terpaut pada warna saja. Karena warna merah, kuning maupun hijau itu tak punya pengaruh berlebih. Itu hanya zat pewarna biar tampilan menjadi terlihat menarik saja.